Jumat, 02 Maret 2012

pembiakan cupang

Budidaya Ikan Cupang

Pendahuluan
Untuk membudiayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Di Wilayah Jakarta Pusat budidaya ikan cupang ada yang dilakukan diatas dak rumah dan dipekarangan yang relatif sempit, dengan menggunakan wadah bekas ataupun kolam bak semen atau akuarium. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (cuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan.
Wadah Budidaya
Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.
Ciri-ciri khusus
Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :
Umur ± 4 bulan
Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
Gerakannya agresif dan lincah.
Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).
Ciri-ciri ikan betina :
Umur telah mencapai +- 4 bulan
Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
Gerakannya lambat.
Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
kondisi badan sehat.
Pemijahan dan perawatan ikan
Setelah induk cupang hias dipersiapkan begitu pula dengan wadahnya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan :
  1. Persiapkan wadah baskom/akuarium kecil dan bersih.
  2. Isi wadah dengan air bersih dengan ketinggian 15 - 30 Cm.
  3. Masukkan induk ikan cupang jantan lebih dahulu selama 1 hari.
  4. Tutup wadah dengan penutup wadah apa saja.
  5. Sehari kemudian (sore hari) induk betina telah matang telur dimasukan ke dalam wadah pemijahan.
  6. Biasanya pada pagi harinya ikan sudah bertelur dan menempel disarang berupa busa yang dipersiapkan oleh induk jantan.
  7. Induk betina segera dipindahkan dan jantannya dibiarkan untuk merawat telur sampai menetas.
Pembesaran anak
  1. Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
  2. Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
  3. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
  4. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
  5. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.
Pasca Panen
Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.

Kamis, 01 Maret 2012

news

Pertama Kalinya, Ditemukan Hiu Hasil Kawin Campur

Oleh Zika Zakiya  | 05-01-2012 | http://ngi.cc/nFw | alam dan lingkungan

Pertama Kalinya, Ditemukan Hiu Hasil Kawin Campur
 
Para peneliti kelautan menemukan hiu hasil persilangan di perairan Australia. Hebatnya, bukan hanya satu atau dua ekor hiu yang mereka temukan, melainkan sebanyak 57 ekor hiu hasil kawin campur.

Penemuan ini terjadi saat para peneliti menyusuri jarak 2.000 km mulai dari Queensland hingga New South Wales. Hiu hasil campuran ini dipercaya sebagai hasil kawin antara hiu blacktip biasa (Carcharhinus limbatus) dengan hiu blakctip Australia (Carcharhinus tilstoni).

Dua hewan ini memang masih 'bersaudara' namun berbeda jauh dalam genetika, demikian dilansir The Herald Sun, Rabu (4/1). Hasil persilangan ini menunjukkan jika kedua hewan itu tengah beradaptasi dengan perubahan iklim. Sebab, kedua jenis hiu ini saling melengkapi kekuatan satu sama lain.

Menurut Jennifer Ovenden dari Departemen Industri Primer dan Perikanan Queensland, hiu blakctip Australia yang lebih kecil menyukai perairan tropis di utara. Sedangkan hiu blacktip biasa yang berukuran lebih besar lebih menyukai suhu sub-tropis dan mendiami wilayah tenggara garis pantai Australia.

"Hewan hasil kawin silang di alam liar biasanya sulit ditemukan. Jadi bisa mendeteksi keberadaan mereka beserta keturunannya sangatlah luar biasa," kata peneliti lain asal University of Queensland, Jess Morgan. "Bisa menemukan 57 (hiu campuran) sepanjang 2.000 km sepanjang garis pantai belum pernah terjadi sebelumnya."

Seorang prosefor dari James Cook University, Colin Simpfendorfer, juga masih bingung mengapa campuran kedua jenis hiu ini bisa menghasilkan keturunan. Disebutkannya ada beberapa hal yang mungkin jadi faktor pemicu. Antara lain tekanan perburuan dan perubahan iklim.

Ditambahkan Simpfendorfer, jika kemungkinan besar hal ini terjadi karena memang ada ikatan 'keluarga' yang kuat antara dua jenis hiu ini."Jika ada spesies yang akan bercampur, maka pasangannya akan seperti ini," kata Simpfendorfer. (The Herald Sun, Washington Post).

hiu martil

Hiu martil dari genus Sphyrna adalah anggota dari famili Sphyrnidae. Satu-satunya genus selain Sphyrnidae, Eusphyra, terdiri dari hanya satu spesies, Esphyra blochii, winghead shark.
Sembilan spesies hiu martil yang sudah diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6 meter (6,5 hingga 20 kaki), dan semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai martil gepeng bila dilihat dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidup ada di ujung kepala.
Mereka adalah predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-cumi, dan udang-udangan. Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan benua.
Bentuk kepalanya yang seperti martil menyebabkan mereka mampu berbelok dengan benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation yang disembut ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu 'klasik' lainnya.
Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena seekor serangga.
Hiu martil memiliki mulut yang kecil dan sepertinya melakukan banyak bottom-hunting. Mereka suka membentuk gerombolan di siang hari, kadang-kadang dalam kelompok lebih dari 100. Pada sore hari, seperti hiu lain, mereka menjadi pemburu solo.

[sunting] Reproduksi

Reproduksi hiu martil terjadi setahun sekali. Hiu martil sekali melahirkan berkisar antara 20 hingga 40 anak. Perkawinan hiu martil merupakan hubungan yang kasar. Jantan akan menggigit betina sampai betina tenang, membiarkan perkawinan terjadi. Tidak seperti kebanyakan spesies hiu lain, reproduksi hiu martil terjadi secara fertilisasi internal di mana membuat lingkungan aman agar sperma bisa melebur dengan sel telur. Embrio berkembang di dalam plasenta betina dan diberi makan melalui tali pusar, sama seperti mammalia. Masa kehamilan 10 sampai 12 bulan. Setelah anak hiu dilahirkan, induk mereka tidak tinggal bersama dan mereka ditinggalkan untuk mengurus diri mereka sendiri. Rekor dunia hiu martil betina yang sedang hamil ditangkap di Boca Grande, Florida pada 23 Mei, 2006 berbobot 1280 pon (580 kg). Hiu ini mengandung 55 anak.
Pada Mei 2007, para ilmuwan menemukan bahwa hiu martil dapat bereproduksi secara aseksual melalui partenogenesis, di mana mereka memiliki kemampuan untuk menyuburkan telur mereka sendiri.

[sunting] Spesies

Gerombolan hiu martil, Pulau Wolf Pulau Galapagos
Dari sembilan spesies hiu martil yang diketahui, tiga berbahaya bagi manusia: scalloped, great, dan smooth hammerhead.
Hiu martil di Atlantis Paradise Island.
Karena hiu tidak memiliki tulang yang termineralisasi dan jarang menjadi fosil, maka hanya gigi mereka yang umumnya ditemukan sebagai fosil. Hiu martil sepertinya berelasi dekat dengan hiu carcharhinus yang berevolusi selama periode Tersier tengah. Karena gigi hiu martil mirip dengan hiu carcharhinus, sangat sulit untuk menentukan kapan hiu martil pertama kali muncul. Kemungkinan hiu martil berevolusi semasa Eosen, Oligosen, atau Miosen awal.

shark

Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap [1] dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air.[1] Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti ikan paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng, Carcharhinus leucas, adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah) dan di delta-delta.[2]

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Ciri-ciri fisik

[sunting] Kerangka

Kerangka hiu sangat berbeda dibandingkan dengan ikan-ikan bertulang seperti misalnya ikan kod, karena terbuat dari tulang muda (tulang rawan), yang sangat ringan dan lentur, meskipun tulang muda di ikan-ikan hiu yang lebih tua kadang-kadang sebagian bisa mengapur, sehingga membuatnya lebih keras dan lebih seperti tulang. Rahang hiu beraneka ragam dan diduga telah berevolusi dari rongga insang yang pertama. Rahang ini tidak melekat pada cranium dan mempunyai deposit mineral tambahan yang memberikannya kekuatan yang lebih besar.[3]
Hiu umumnya lambat mencapai kedewasaan seksualnya dan menghasilkan sedikit sekali keturunan dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya yang dipanen. Ini telah menimbulkan keprihatinan di antara para biologiwan karena meningkatnya usaha yang dilakukan untuk menangkapi ikan hiu selama ini, dan banyak spesies yang kini dianggap terancam punah.
Beberapa organisasi, seperti misalnya Shark Trust, melakukan kampanye untuk membatasi penangkapan hiu.

[sunting] Hiu dalam mitologi

Hiu sangat menonjol dalam mitologi Hawaii. Ada cerita-cerita tentang manusia hiu yang mempunyai rahang hiu di belakang mereka. Mereka dapat berubah bentuk antara hiu dan manusia pada waktu-waktu yang mereka inginkan. Sebuah tema umum dalam cerita-cerita ini adalah bahwa manusia-manusia hiu ini akan memperingatkan orang-orang yang ke pantai bahwa di perairan itu terdapat hiu. Orang-orang yang ke pantai itu akan menertawai dan mengabaikan peringatan-peringatan mereka dan akan tetap berenang, dan karena itu kemudian mereka dimakan oleh manusia hiu yang sama, yang memberikan peringatan kepada mereka agar tidak turun ke air.
Mitologi Hawaii juga mengandung banyak dewa hiu. Mereka percaya bahwa hiu adalah penjaga samudra, dan mereka disebut Aumakua:[4]
  • Kamohoali'i – Dewa hiu yang paling terkenal dan dihormati. Ia lebih tua dan menyukai saudara dari Pele,[5] dan menolong serta berjalan bersamanya ke Hawaii. Ia mampu mengambil rupa manusia dan ikan. Sebuah tebing yang tinggi di kawah Kilauea dianggap sebagai salah satu tempatnya yang paling suci. Di salah satu tempat itu, ia mempunyai sebuah he'iau (kuil) yang dipersembahkan baginya di setiap potong tanah yang menjorok ke laut di pulau Moloka'i.
  • Ka'ahupahau – Dewi ini dilahirkan sebagai manusia, dengan ciri khasnya karena rambutnya yang merah. Ia belakangan berubah ke dalam bentuk hiu dan diyakini melindungi rakyat yang hidup di O'ahu dari ikan-ikan hiu. Ia juga diyakini hidup dekat Pearl Harbor.
  • Kaholia Kane – Ini adalah dewa hiu dari ali'i Kalaniopu'u dan diyakini tinggal di sebuah gua di Puhi, Kaua'i.
  • Kane'ae – Dewi hiu yang berubah menjadi manusia agar dapat mengalami suka cita menari.
  • Kane'apua – Yang paling umum, ia diyakini sebagai saudara laki-laki dari Pele dan Kamohoali'i. Ia adalah dewa yang suka mempermainkan orang yang melakukan banyak tindakan kepahlawanan, termasuk menenangkan dua bukit legendaris yang konon bertabrakan sehingga menghancurkan perahu-perahu yang berusaha melewatinya.
  • Kawelomahamahai'a – Asalnya manusia, ia kemudian diubah menjadi hiu.
  • Keali'ikau 'o Ka'u – Ia adalah sepupu dari Pele dan anak laki-laki dari Kua. Ia disebut pelindung rakyat Ka'u. Ia pernah mengadakan hubungan dengan seorang gadis manusia, yang melahirkan seekor hiu hijau.
  • Kua – ini adalah dewa hiu yang utama dari rakyat Ka'u, dan diyakini merupakan nenek moyang mereka.
  • Kuhaimoana – Ia adalah saudara laki-laki dari Pele dan tinggal di pulau Ka'ula. Panjangnya konon 55 m dan merupakan suami dari Ka'ahupahau.
  • Kauhuhu – Ia adalah raja hiu yang kejam yang hidup di sebuah gua di Kipahulu di pulau Maui. Kadang-kadang ia pindah ke gua yang lain di sisi angin bertiup dari pulau Moloka'i.
  • Kane-i-kokala – Sejenis dewa hiu yang menyelamatkan orang-orang yang karam kapalnya dengan membawa mereka ke pantai. Orang-orang yang menyembahnya tidak mau memakannya, menyentuh atau melintasi asap kokala, ikannya yang suci.
Dalam budaya-budaya Samudra Pasifik lainnya, Dakuwanga adalah dewa hiu yang juga merupakan pemakan jiwa-jiwa yang tersesat.
Di Yunani kuno, orang dilarang makan daging hiu pada festival-festival perempuan.

[sunting] Mitos

Ada mitos yang populer bahwa hiu kebal terhadap penyakit dan kanker; namun hal ini tidak benar. Ada penyakit dan parasit yang memengaruhi hiu. Bukti bahwa hiu setidak-tidaknya tahan terhadap kanker dan penyakit boleh dikatakan hanya anekdot dan kalaupun ada, sedikit sekali studi ilmiah atau statistik yang membuktikan bahwa hiu dapat meningkatkan kekebalan terhadap penyakit. Namun sekarang sudah ada beberapa perusahaan obat-obatan yang memproduksi minyak hati ikan hiu (Squalene) untuk meningkatkan kesehatan hati dan jantung.[6]